Moto:






"Bersatu Maju Bersama,
Kobarkan Panji-panji Keluarga Besar Keluarga Kasanoesi"

" Bersatu Maju Bersama, Kibarkan Panji-panji Keluarga Besar Kasanoesi "

Rabu, 23 Juni 2010

BAB II


SILSILAH KELUARGA BESAR
SURACHMAN BIN KASANOESI (L: 17 April 1921- W: 10 Nov 1993)
DENGAN
SUNDARI BINTI ATMODIRDJO (Lahir di Sulawesi Tenggara-1930)

A. PROFIL SINGKAT
Marsidik adalah putra sulung Eyang Kasanoesi. Selanjutnya Marsidik lebih dikenal dengan nama Surachman (Lahir 17 April 1921). Setelah dewasa mengambil keputusan untuk mengikuti pendidikan militer di Gombong (sekarang Pusdikif/ Pusat Pendidikan Ifanteri- TNI AD). Dalam pengabdiannya kepada Negara, Bapak surachman berdinas di korps Bataliyon Kostrad TNI-AD di unit perbekalan. Ketika berdinas beliau pernah bertugas di Ambarawa dan Bandung tetapi beliau lebih lama bertugas di wilayah Indonesia bagian timur (Pulau Sulawesi) dan di Pulau Seram wilayah kepulauan Maluku (Identifikasi Periode waktunya sekitar peristiwa operasi Mandala (red. Soeharto). Saat berdinas di Makasar Bapak Surachman bin Kasanoesi berjumpa dengan Sundari puteri dari anak pasangan Bapak Atmo Dirjo (asal Jawa Timur) dengan Ibu Arlina (asal Purbalingga). Perjumpaan Surachman dengan Sundari berlanjut hingga di pelaminan. Beliau selesai bertugas di Sulawesi yakni pada sekitar tahun 1958. Beliau pensiun pada kurun waktu tahun 1960. Pada sekitar awal tahun 1961 Beliau pulang kembali ke tanah Jawa dengan membawa ibu Sundari sebagai isteri. Sekitar 12 tahunan beliau dan keluarganya menetap kembali di tanah kelahirannya; Desa Sidoharum – Gombong- Kebumen- Jawa Tengah.
Pada tahun 1972 (Trisno kelas 5 SD) Bapak Surachman dan ibu Sundari berangkat ke Pulau Sumatera untuk bertransmigrasi, tepatnya di daerah Tanjung Jabang- Jambi. Pada sekitar tahun 1990 Bapak Surachman dan ibu Soendari pulang kembali ke Jawa dengan anaknya Sutrisno. Pertengahan tahun 1993 Surachman menderita sakit dan akhirnya Tuhan mengambil-Nya. Bapak Surachman wafat meninggalkan kita semua pada waktu bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan; 10 November 1993.
Di bawah ini akan diuraikan secara terperinci keturunan langsung dari perkawinan Surachman bin Kasanusi dengan Soendari bin Atmodirdjo. Pada uraian berikut ini dicantumkan nama-nama anak kandung dan anak menantu yang di kemudian hari karena perkawinan mereka akhirnya menurunkan anak-anak yang dalam garis keturunannya akan disebut anak cucu keturunan Eyang Kasanusi bin Karnadi Wira Mohammad. Selain itu perlu dipahami bahwa dalam buku silsilah ini juga dicantumkan nama-nama garis keturunan tidak langsung (tiri) yang disebabkan karena terjadinya hubungan perkawinan dengan anak atau cucu keturunan Kasanoesi. Oleh sebab itu secara langsung mereka akan dapat diakui sebagai anggota keluarga besar keturunan Kasanusi bin Karnadi Wira Muhammad (Untuk memperjelas garis hubungan keturunan langsung dan tidak langsung maka dalam lembar bagan diagram pohon hubungan ini akan ditunjukan oleh symbol: garis lurus (_______); keturunan darah langsung dan garis putus-putus (-----------); keturunan tak langsung)
B. RIWAYAT PERKAWINAN DAN GARIS KETURUNAN DALAM KELUARGA
B.1. SOERACHMAN dengan SOENDARI
Perkawinan Surachman bin Kasanoesi dengan Soendari bin Atmodirdjo Dari perkawinannya melahirkan anak kandung sbb:
B.1.1. SUTRISNO (Lahir: Gombong/19 januari 1962)
Sutrisno adalah Putra Semata wayang keturunan dari perkawinan Bapak Soerachman dengan Ibu Sundari. SUTRISNO bin Surachman menikah dengan PONIAH Kasandikromo (Lahir;Medan/ 17 April 1967). Perkawinannya menurunkan anak kandung sebagai berikut:
1.1. APRILIANTORO (L: Jambi/ 17 April 1986)
1.2. NIA PRAPTININGSIH (L: Jambi/ 21 Agustus 1992)

B.2. SURACHMAN DENGAN TUMINAH (wafat 2010)
Perlu diketahui bahwa sebelum Bapak Surachman menikah dengan ibu Sundari, beliau juga sudah menikah dengan Ibu Tuminah (lahir 1930). Dari perkawinannya melahirkan keturunan sebagai berikut:
B.2.1 SUBRONTO (L: Gombong/ 1947/ wafat: th. 2009).
Pada usia 26 yakni sekitar tahun 1973 Subronto membulatkan tekadnya untuk bertransmigrasi ke Pulau Andalas – Sumatra.
Pada uraian berikut ini dicantumkan nama-nama anak kandung dan anak cucu dari SUBRONTO dengan:
1. GURENG bin Nusi (asal Tunjungseto Kecamatan Sempor)
1.1. SUMIYATI
1.2. SRI
1.3. JONI

2. SIAT (asal Padang, Sumatera Barat)
2.1. MEGA
2.2. PITRO MISELA
2.3. YANA
2.4. YANI
2.5. ENDANG
2.6. FITRI

Catatan: sampai diterbitkannya tulisan ini Penulis belum berhasil mendapatkan informasi data resmi yang jelas dan benar mengenai nama dan tempat/ tanggal lahir putra dan putri keturunan Bapak Subronto.

B.3. SOENDARI DENGAN PONIMIN
Sebagaimana dijelaskan dalam bab ini pada bagian profil singkat di atas, alinea ke-3 bahwa perlu dipahami dalam buku silsilah ini dicantumkan nama-nama garis keturunan tidak langsung (tiri) yang disebabkan karena terjadinya hubungan perkawinan dengan putra/anak atau cucu Eyang Kasanoesi. Dan karena hal tersebut maka dalam buku silsilah ini secara langsung mereka akan dapat diakui sebagai anggota keluarga besar keturunan Kasanusi bin Karnadi Wira Muhammad. Tentang pandangan ini telah disetujui dalam forum Reuni KBK Perdana yang dilaksanakan di Sidoharum, Sempor, Gombong pada 29 Desember 2008
Inilah Putra dan Putri Ibu Sundari dengan Bapak Ponimin sebelum Ibu Sundari menikah dengan Bapak Surachman bin Kasanoesi:
1. SUPADMI (L: Sulawesi / 1947)
2. SUPRAPTO alias Keling (L: Sulawesi / 1948)sekarang tinggal di Gorontalo, Menado (memiliki anak 5 dengan 3 cucu)
3. HJ. SUPRAPTI alias Tati (L: Sulawesi / 1951)
4. SRININGSIH alias Ning (L: Sulawesi / 1955)
Berikut ini keturunan anak kandung ibu Sundari dengan Bapak ponimin:
1. SUPADMI binti Ponimin menikah dengan TJIE HAN LEE, menurunkan putera: sebagai berikut:
1.1. HINDARTO (L: Gombong/ 23 Desember 1965)
1.2. HIANTORO (L: Gombong/ 03 Mei 1968)
1.3. HERLINA (L: Gombong/ 04 Oktober 1976)
1.4. HERWIN, ST (L: 01 QMaret 1980)
Adapun anak-anak kandung Supadmi dan Tjie Han Lee sudah menikah semua dan memilki keturunan sebagi berikut:
1.1. HINDARTO bin Tjie Han Lee menikah dengan MURTINI bin Sutrisno Wiyono menurunkan :
1.1.1. TONI KURNIAWAN (L; Yogyakarta/ 26 Agustus 1991)
1.1.2. OLIVIA PUTI AYUNINGSIH (L: Yogyakarta/ 1 Mei 1999)

1.2. HIANTORO bin Tjie Han Lee menikah dengan SRI HANDAYANI bin Ahmad menurunkan :
1.2.1. PUTRI DYAH AYUNINGSIH (L: Gombong/ 10 Agustus 2002)

1.3. HERLINA bin Tjie Han Lee menikah dengan FX.YOGA YUWANA, S.Pd bin F. Suparman Martoywono (cucu dari M.M.Marsimin Martowiyono bin Kasanoesi Baca pada Bab. IV) menurunkan:
1.3.1. PETER PANDU PRANAJAYA YUWANA (L: Pontianak , 18 April 2008)
( Catatan: Baca lebih lengkapnyadalam bab 4 pada keterangan Sisilsilah Keluarga M.M.Marsimin Martowiyono, pada urutan nomor anak 4, sub. 4.1.)

1.4. HERWIN, ST bin Tjie Han Lee menikah dengan IRAWATI, S.E (Pontianak) pada tahun 2008

2. SUPRAPTO bin Ponimin. Menurut kesaksian ibu Sundari, Suprapto tinggal di Gorontalo, Manado dan telah memiliki 5 anak dan 3 cucu. Namun penulis tidak berhasil menemukan data identifikasi yang lengkap atas keluarga tersebut
3. Hj. SUPRAPTI (kelahiran 1951) menikah dengan Suprihadi (kelahiran 1957, tinggal dan menetap di Pontianak- Kalimantan Barat memiliki putra semata wayang yakni: 6.1.ARIESTIANTO (L: Pontianak/ 12 April 2088 )
Keterangan Nara Sumber Data :
1. Data keluarga Soerachman-Soendari diperoleh melalui wawancara langsung Penulis dengan yth. Ibu Soendari dan puteranya H.Sutrisno bin Surachman pada tanggal 13 Desember 2008.
2. Data keluarga ibu Supadmi diperoleh dari wawancara langsung Penulis dengan Hindarto bin Tjie han Lee pada tanggal 21 Des 2008

Senin, 10 Mei 2010

BAB III


SILSILAH KELUARGA BESAR
M.M.MARSIMIN MARTOWIYONO BIN KASANUSI
(Lahir : Gombong/ 15 Maret 1925 -Wafat: Gombong/ 05 Oktober 1980)
DENGAN
M.M. MARSUMI BINTI KRAMASENTANA
(Lahir : Sempor/ 20 Maret 1927- Wafat : Gombong/ 27 Mei 2001)

A. PROFIL SINGKAT
M.M.Marsimin Martowiyono bin Kasanusi adalah putera kandung ke-2 dari Eyang Kasanusi yang lahir pada tanggal 15 Maret 1925. Pada usia 18 tahun (de fakto 16 tahun) menikah dengan Marsumi binti Kramasentana (berdasarkan catatan data arsip Surat Nikah model A. No. 46622/52*) 601/62, pernikahan dilangsungkan pada hari sabtu, 19 Juli 1945, waktu jam 8 malam bertempat di rumah Kasanusi di Desa Sidoharum. Tercatat dalam surat nikah usia Marsumi binti Karamasentana pada saat itu adalah 16 tahun (defakto 18 tahun). Adapun yang menjadi wali nikahnya adalah Bapak Kramasentana dengan mas kawin berupa uang tunai Rp. 5,- (Lima Rupiah) ).

Perkawinannya tersebut melahirkan 7 anak kandung sebabagi berikut:
1. MARYONO (L: Gombong/ 1948 / Alm RIP.1959)
2. FX. MARYANTO (L: Gombong/ 03 Januari 1950)
3. MARTUTI (L: Gombong/ 27 Mei 1951)
4. LIDYA MARYASIH (L: Gombong 25 Maret 1955)
5. MARDJITO (L: Gombong/ 1956 / Alm RIP.l1957)
6. JOKO SADMITO JOKO SADMITO (L: Kebumen/ 02 Juni 1960)
7. M. JOKO ASTO MULYONO (L: Gombong/ 05 Mei 1964 /Defakto 07 Mei 1964)

A. KETURUNAN LANGSUNG
Di bawah ini akan diuraikan secara terperinci keturunan langsung dari perkawinan M.M.Marsimin Martowiyono bin Kasanusi dengan Marsumi binti Kramasentana menurut rumpun urutan nomor anak. Pada uraian berikut ini juga dicantumkan semua nama-nama anak kandung dan anak menantu yang di kemudian hari karena perkawinan mereka akhirnya menurunkan anak-anak yang dalam garis keturunannya akan disebut anak cucu keturunan Eyang Kasanusi bin Karnadi Wira Mohammad.
Namun perlu dipahami bahwa dalam buku silsilah ini juga akan dicantumkan nama-nama garis keturunan tidak langsung (tiri) karena akibat terjadinya hubungan perkawinan dengan anak atau cucu keturunan M. Marsimin Karena hubungan perkawinan tersebut maka mereka akan dapat diakui juga sebagai bagian dari keluarga besar keturunan Kasanusi bin Karnadi Wira Muhammad (dalam bagan diagram pohon hubungan ini akan ditunjukan dengan garis putus-putus).
1. RUMPUN 1: MARYONO (almarhum/ lahir 1948- RIP Kamis Wage 1959)

2. RUMPUN 2: FX. MARYANTO (L: Gombong/ 03 Januari 1950) menikah dengan MURSINAH (L: Gombong/ 7 Mei 1954). Perkawinan FX. Maryanto bin M.M Marsimin Martowiyono dengan MURSINAH binti Darjo menurunkan anak kandung sebagai berikut:

2.1. OKTAVIANUS EKO BUDI SANTOSO (L: Bandung/ 12 Juni 1973)
2.2. FABIANUS DWI WIDYA BUDI SETIANTO (L: Bandung/ 30 Mei 1975)
2.3. ANTONIUS TRI HARI BUDI NUGROHO, A.Md (L: Bandung/ 26 Sept 1979)
2.4. SISILIA ABDI BUDI RAHAYU, A.Md (L: Bandung/ 03 Mei 1981)



Berikut ini putra- putri FX. Maryanto bin M.M Marsimin Martowiyono dengan MURSINAH binti Darjo yang telah menikah dan menurunkan anak cucu sebagai berikut, dan kemudian akan disebut sebagai garis keturunan KASANUSI generasi ke-4 KASANUSI:
2.1. OKTAVIANUS EKO BUDI SANTOSO bin FX. Maryanto Mantowiharjo ( L: Bandung/ 12 Juni 1973) menikah dengan NIA M. VATRICIA (L: Rangkasbitung, Banten, 04 Desember 1972). Dari perkawinannya tersebut menurunkan anak kandung sebagai berikut:
2.1.1. ANANDIA IKA DEVI PRAMESWARI (L: Bandung/ 24 Februari 2005)
2.1.2. ANANDIA DWI KASIH HANDAYANI (L: Bandung/ 06 Juni 2008)
2.2. FABIANUS DWI WIDYA BUDI SETIANTO bin FX. Maryanto Martowiharjo (L: Bandung/ 30 Mei 1975) menikah dengan FITRI MIRAWATI (L: Bandung/21 Mei 1982 ). Dari perkawinannya tersebut menurunkan anak kandung sebagai berikut:
2.2.1. FUHAN WIDYA LISTYO (L: Bandung/ 17 Oktober 2008)
==============================================================================
3. RUMPUN 3: MARTUTI ( Gombong/ 27 Mei 1951) menikah dengan SUPARDJO (Bandung/ 13 Mei 1943). Perkawinan Martuti binti M.M Marsimin Martowiyono dengan Supardjo Wiryomartono bin Sailan Wiryowikarto pada tanggal 31 Maret 1967 menurunkan anak kandung sebagai berikut:
3.1. ELITA PURNAMA ASIH (L: Gombong/28 Maret 1969)
3.2. DWINING ASTUTI (L: Bandung/ 07 Mei 1970)
3.3. TRIYANTO YUWONO (L: Bandung/ 16 Nov 1972)
3.4. CATUR INDRA GUNAWAN, ST (L: Bandung /22 Maret 1975)
3.5. ENDAH SUSILANINGSIH ASTUTI (L: Bandung /16 Mei 1982/ Alm)
3.6. SATRIADI WICAKSONO, A.Md (L: Bandung/ 13 Juni 1984)

Berikut ini putra- putri MARTUTI binti M.M Marsimin Martowiyono dengan SUPARDJO WIRYOMARTONO bin bin Sailan Wiryowikarto yang telah menikah dan menurunkan anak cucu sebagai berikut, dan kemudian akan disebut sebagai garis keturunan KASANUSI generasi ke-4 KASANUSI:
3.1. ELITA PURNAMA ASIH binti Supardjo Wiryomartono (L: Gombong/ 28 Maret 1969) menikah dengan SUHERMAN (L: Bandung/ 18 April 1953). Dari perkawinannya tersebut menurunkan anak kandung sebagai berikut:
3.1.1. FERNANDO PRASETYA (L: Bandung/ 06 Februari 1992)
3.1.2. MELLIANA PRASETYO RINI (L: Bandung/ 04 Mei 1994)
3.2. DWINING ASTUTI binti Supardjo Wiryomartono (L: Bandung/ 07 Mei 1970) menikah dengan GUNAWAN FAJARIANSYAH (L: Cirebon/ 29 Juni 1968). Dari perkawinannya tersebut menurunkan anak kandung sebagai berikut:
3.2.1. CHIKA GUSTIANA WIDYA ASTUTI (L: Bandung/ 27 Agustus 2000/ alm)
3.2.2. CHIKA GUSTIANA WIDYA RESTUWATI (L: Bandung/ 27 Agustus 2000)
3.2.3. CHEVA RIZQI ANGGARA (L: Bandung/ 09 Juni 2004)
3.3. TRIYANTO YUWONO binti Supardjo Wiryomartono (L: 16 November 1972) menikah dengan ITA SUSIANA (L: Jakarta, 04 Juni 1972). Dari perkawinannya tersebut menurunkan anak kandung sebagai berikut:
3.3.1. MAULANA BAGAS BIMANTORO (L: Bandung/ 27 Juli 1995)
3.3.2. MUTIARA DESTANTRI YUWONO (L: Bandung/ 22 Desember 2001)
3.2.3. MAHARANI SYIFA ANINDITA YUWONO (L: Bandung/ 28 Februari 2004)
3.4. CATUR INDRA GUNAWAN, ST binti Supardjo Wiryomartono (L: 22 Maret 1975) menikah dengan DINI HENDAYANI (L: Cirebon/ 11 Juni 1974).
========================================================================
4. RUMPUN 4: LIDYA MARYASIH (L: Gombong/ 25 Maret 1955) menikah dengan FABIANUS SUPARMAN bin Santarmo (L: Gombong/ 14 maret 1950). Perkawinan Maryasih binti M.M Marsimin Martowiyono dengan Suparman Martoyuwono bin Santarmo menurunkan anak kandung sebagai berikut:
4.1. FX. YOGA YUWANA, S.Pd (L: Kebumen/ 22 Des 1974)
4.2. JULIUS DEDY RESPIADI, AMK (L: Kebumen/ 04 Juli 1976)
4.3. YOHANA NELY DAMAYANTI, S.Psi (L: Kebumen/ 02 Juni 1980)
4.4. THERESIA RIA NOVIANA (L: Kebumen/ 13 Nov 1984)

Berikut ini putra- putri Lidya Maryasih binti M.M.Marsimin Martowiyono dengan Fabianus Suparman bin Santarmo yang telah menikah dan menurunkan anak cucu sebagai berikut, dan kemudian akan disebut sebagai garis keturunan KASANUSI generasi ke-4 KASANUSI:
4.1. FX.YOGA YUWANA, S.Pd bin Fabianus Suparman Martoyuwono (L: 22 Desember 1974) menikah dengan HERLINA binti Tjie Han Lee (L: Kebumen/ 04 Oktober 1976) pada tanggal 28 Juni 2007 di Wonosari-Yogyakarta. Dari perkawinannya tersebut menurunkan putra kandung sebagai berikut:
4.1.1. PETER PANDU PRANAJAYA YUWANA (L: Pontianak/ 18 April 2008)
4.2. JULIUS DEDY RESPIADI, AMK bin Fabianus Suparman Martoyuwono (L: Kebumen/ 04 Juli 1974) dan NITA binti Suparno (L: Kebumen 27 juni 1984) menikah pada tanggal 27 Desember 2008 di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah.
4.3. YOHANA NELY DAMAYANTI, S.Psi binti Fabianus Suparman Martoyuwono (L:: Kebumen/ 02 Juni 1980) menikah dengan SHINDU ROESWIN DYANSYAH bin Raden Eko Winardi (L: Kebumen/ 10 Februari 1980) di Gombong, Kebumen- Jawa Tengah. Dari perkawinannya tersebut menurunkan putra kandung sebagai berikut:
4.3.1. BILLY TEGAR BAGUS HARJUNA (L: Bandung/ 05 Desember 1998)
4.3.2. NATHANIA AURA CINTA PUTRI ROESMAYA (L: Kebumen/ 02 April 209)
4.4. THERESIA RIA NOVIANA binti Fabianus Suparman Martoyuwono (L: Kebumen/ 13 November 1984) menikah dengan AMBROSIUS WIDARYANTO bin Anes Ronseng (Singkawang-Kalbar/30 September 1984). Menikah di Gombong, Kebumen- Jawa Tengah. Dari perkawinannya tersebut menurunkan putra kandung sebagai berikut:
4.4.1.ZERRY ENGGANG PRATAMA (L: Kebumen/ Agustus 2006)
==============================================================================
5. RUMPUN 5 : H. A. JOKO SADMITO (L: Kebumen 02 Juni 1960) menikah dengan EUIS DJUBAIDAH (lahir 1958). Perkawinan H. A. Joko Sadmito bin M.M Marsimin Martowiyono dengan Hj. Euis Djubaidah menurunkan anak kandung sebagai berikut:
5.1. ARIEF FIRMANSYAH (L: Bandung/ 13 Mei 1991)
Pada tahun bulan Agustus 2008 H.A. Joko Sadmito kemudian menikah dengan TITIN (L: 23 Maret 1971) yang sudah memiliki 2 putera bernama Niko dan Noki
6. RUMPUN 6: MARTINUS JOKO ASTO MULYONO, ST (L: Gombong/07 Mei 1964) menikah dengan THERESIA SRI PRAPTIWI (Blora/ 02 Maret 1965). Perkawinan Martinus Joko Asto Mulyono, ST bin M.M Marsimin Martowiyono dengan Theresia Sri Praptiwi binti Suprapto menurunkan anak kandung sebagai berikut:
6.1.1. VERONIKA TYAS PUTRI RATNASARI (L: Kebumen/ 17 Maret 1994)
6.1.2. BENEDIKTUS KRISNA ABIYOGA (L: Kebumen/ 15 Juli 1996)
6.1.3. ALBERTUS YUDHISTIRA PATRIALIS (L: Bandung/ 21 April 2002)
6.1.4. MARIA PROVIDENTIA AYU TANTRI (L: Bandung/ 10 Januari 2007)

Jumat, 07 Mei 2010

BAB1. PROFIL EYANG KASANOESI

RIWAYAT SINGKAT KASANOESI BIN KARNADI WIRAMUHAMMAD
(Lahir:1889 – Wafat: 1976 M)

1. ASAL-USUL GARIS KETURUNAN

Kasanusi adalah putra sulung dari Eyang Karnadi Wiramuhammad.

A. Profil singkat Eyang Karnadi Wiramuhammad (Kyai Wiramamad)

Siapa gerangan Eyang Karnadi Wiramuhammad. Hingga ditulisnya buku ini belum diketemukan sumber referensi yang bisa dipakai untuk mengungkapkan secara lengkap tentang profil; nama dan asal-usul garis silsilah orang tuanya. Menurut kesaksian Santarmo bin Madrasap (alm.) dan Wagiyah binti Kramasentana, bahwa Eyang Wiramuhammad merupakan putra asli dari dukuh Rolah (sekarang Selokerto). Namun setelah dewasa dan berumahtangga hingga wafatnya beliau menghabiskan hidupnya di dukuh Kebonan Desa Sidoharum Kecamatan Sempor Provinsi Jawa tengah.
Seperti apakah gambaran wajah beliau ? Tidak diketemukan dokumen yang bisa menunjukan wajah asli dari Eyang Wiramuhammad. Adapun menurut kesaksian Yohana Marsinem Ramelan bin Kasanusi, disebutkan ciri-ciri fisik Eyang Wiramuhammad sebagai berikut: berperawakan sedang, tidak begitu tinggi, berkulit bersih, berwajah gagah namun berpenampilan kalem, berambut lurus agak bergelombang, bermata tidak lebar. Jika dipandang memancarkan aura wibawa dan sejuk (baca; damai).
Dalam kesehariannya Eyang Wiramuhammad berpenampilan serba kalem dan sangat sederhana. Beliau sangat tekun dalam beribadah. Menurut beberapa sumber lisan yang tersebut di atas bahwa dulu di samping rumahnya didirikan mushola (Jawa: langgar) yang dijadikan sebagai tempat menunaikan ibadah keluarga dan bersama masyarakat setempat. Setidaknya hal itu dapat menjadi rujukan untuk meyakini bahwa beliau merupakan seorang yang agamis, bahkan konon masyarakat di Desa Sidoharum selalu memanggil nama beliau dengan sebutan kehormatan yakni Kyai Mamad (baca; Mohammad). Pekerjaan sehari-harinya bercocok tanam (bertani). Beliau sangat rajin mengolah beberapa petak sawah yang dimilikinya dan sangat menyenangi berkebun yang ditanami pohon jeruk.

Eyang Karnadi Wira Muhammad memiliki 5 orang putra kandung yakni Kasanusi, Sanjilin, San Pawira, Sobari, Sailan Wiryowikarto. Menurut penuturan Supardjo Wiyomartono bin Sailan Wiryowikarto kepada penulis bahwa pada sekitar tahun 1940 beliau dan isterinya pergi ke kota Bandung Jawa Barat untuk kepentingan menengok anak-anaknya yang bekerja di Bandung yakni antara lain Kasanusi di Cimahi, Sobari di Cacadas, dan Sailan Wiryowikarto di wilayah Gedongan (sekarang Jl. Bengawan). Beliau tinggal di Bandung untuk beberapa waktu lamanya hingga suatu saat beliau jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia dimakamkan di pemakaman umum Sadang Serang, Bandung, Jawa Barat. Satu tahun kemudian isterinya (tidak diketahui namanya dan ciri-cirinya) juga meninggalkan dunia ini.
Dikarenakan pada tahun 1978 pemakaman umum Sadang Serang mengalami penggusuran dan dipugar menjadi perumahan umum maka hingga sekarang kita tidak pernah mengetahui secara jelas letak pemakaman Eyang buyut kita tersebut (punah sama sekali). Sekarang yang terpenting bagi kita semua sebagai keturunannya adalah patut meneladani ketokohan leluhur kita tersebut.

Berikut ini Penulis memaparkan tentang profil singkat riwayat hidup serta kehidupan Eyang Kasanusi dan silsilah keturunannya:

2. PROFIL EYANG KASANUSI BIN KARNADI WIRAMOHAMMAD

A. Kelahiran
Kasanusi lahir di perdukuhan Rolah (sekarang ; Desa Selokerto, Dukuh Rolah Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen- Jawa Tengah ) yakni pada sekitar tahun 1889 dan wafat pada tahun 1976 (usia: 87 tahun).

B. Ciri-ciri fisik
Kasanusi memiliki ciri fisik berperawakan tinggi (kl.170 cm) dengan ciri-ciri kulit kuning kecoklatan. Adapun ciri-ciri wajahnya berbentuk oval, berambut agak ikal, berkening lebar, dengan hidung mancung, mata lebar dengan sorot mata tajam, berkuping lebar, bibir tipis berahang besar, berdagu panjang dan memiliki leher yang panjang dan memiliki jakun yang sangat terlihat menonjol di lehernya. Ciri fisik lainnya ialah memilki otot-otot besar yang sangat menonjol pada kedua lengan tangan dan kakinya

C.Kepribadian dan Jiwa; Cinta Tanah Air, Dermawan, Ekologis dan Spiritualis
Ki Kasanoesi dikenal di desanya sebagai seorang anak yang sangat taat dan menghormati kedua orang tuanya. Pemuda yang ulet, berpengetahuan luas dan sangat di kenal sebagai salah satu putra desa yang memilki jiwa patriotik/ bela Negara yang sangat kuat. Hal tersebut dibuktikan oleh pengabdiannya secara sukarela untuk menjadi seorang serdadu yakni dengan bergabung di ketentaraan (KNIL). Dalam tugas kemiliteran Eyang Kasanusi secara khusus bekerja di unit kesehatan. Konon untuk beberapa waktu lamanya (sekitar tahun 1930-an) Beliau pernah bertugas di Ambon. Sepulang tugasnya dari Ambon Beliau kembali bertugas di Bataliyon Cimahi (sekarang pusat pendidikan TNI AD). Kemudian setelah pensiun, beliau kembali pulang ke desanya yakni Sidoharum.
Banyak kesaksian yang memaparkan bahwa sewaktu hidupnya setelah purna tugas beliau tinggal bermasyarakat dengan baik di desa Sidoharum. Menurut banyak kesaksian masyarakat sewaktu hidupnya Beliau sangat dikenal dermawan, memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Dalam keseluruhan hidupnya Eyang Kasanusi sangatlah ekologis. Banyak saksi hidup yang meceritakan kepada penulis bahwa semasa hidupnya Beliau memilki kebiasaan mencintai lingkungan hidup yang bersih. Hal itu dibuktikan setiap pagi atau sore Eyang Kasanusi memiliki kebiasaan menyapu jalan utama desa dari dukuh Kebulen sampai Tembelang. Eyang Kasanusi juga memilki hobby yang sama dengan ayahnya Eyang Karnadi Wira Muhammad yakni berkebun. Beliau sangat ringan tangan ketika orang membutuhkan pertolongan darinya. Beliau memiliki kemampuan spiritual yakni pandai mengobati orang sakit dan melahirkan bayi (satu hal yang sangat aneh dilakukan oleh seorang laki-laki)

D. Lima Mutiara Kebanggaannya
Berikut ini putra- putri kandung Eyang Kasanusi dengan Eyang Kaniem----(kebonan ) (Nini Teblo) binti Nur. (Perlu diketahui secara singkat bahwa ciri-ciri Nyi Kaniem adalah sebagai berikut: bermuka oval, bermata sayu, berhidung kecil tapi tidak terlalu mancung, memiliki rambut lurus panjang. Postur tubuhnya tidak tinggi (sedang ) k.l 155-160 Cm. Gerak-gerik sikapnya lembut termasuk dalam tutur katanya sangat pelan, tidak keras apalagi kasar). Beliau memiliki sifat pendiam. Beliau meninggal sekitar tahun 1955 (k.l usia 60 tahunan). Perkawinan Eyang Kasanusi dengan Eyang Kaniem melahirkan 8 anak kandung yakni sebagai berikut: Marsidik (Suratman), Marikem (L; 1925-W:1949), Marsimin, Marsumi, Marsinem, Marjukon, Marsini dan Ujang.
Sebagai orang tua Eyang Kasanusi sangat memberikan keteladanan yang nyata dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Beliau mendidik dengan penuh kedisiplinan yang tinggi, sangat menanamkan nilai-nilai ketaatan dalam keluarga supaya satu sama lain saling memberikan rasa hormat dan saling menyayangi terutama sikap hormat seorang anak kepada orang tua. Selain itu Eyang Kasanusi juga sangat menjunjung tinggi penanaman nilai dan jiwa patriotik kepada putera-puterinya untuk mencintai Ibu Pertiwi, Republik ini. Akhirnya segala proses kerja keras dan segala daya upaya membesarkan dan mendidik putra-putrinya membuahkan hasil nyata. Hal tersebut dibuktikan antara lain putra sulungnya Marsidik (Suratman) ketika memasuki usia dewasa mengambil keputusan untuk mengabdi bagi Negeri ini dengan menjadi anggota TNI-AD. Disusul putra keduanya Marsimin mengikuti jejak kakaknya yakni menjadi anggota TNI-AD yang pada akhirnya lebih memilih untuk bergabung menjadi anggota POLRI. Melihat kedua kakak laki-lakinya menjadi militer maka ketiga adik perempuannya juga tertarik untuk memilih pasangan hidup dengan seorang anggota militer. Sebut saja Marsumi beristrikan Paidi (TNI AU), Marsinem bersuamikan Ramelan (TNI AU) dan Marsini bersuamikan FB. Sumarno (TNI AU).
Tentang keturunan anak, cucu dan buyut dari kelima bersaudara putra-putri kandung Eyang Kasanusi akan di paparkan secara terperinci pada bab-bab berikutnya (baca Bab 2,3,4,5).

E. Harmonisasi; antara Rohani, Norma dan Pelestarian Seni-Budaya adat istiadat Jawa
Budaya Jawa sarat dengan symbol-simbol dan laku (sikap & tindakan) yang sangat menjunjung tinggi keharmonisan hubungannya dengan Sang Pencipta, sesama manusia (masyarakat) dan alam semesta (lingkungan hidup). Sebagai orang Jawa tulen, beliau sangat menjunjung tinggi etika, tata susila dan budaya adiluhung kejawaan (baca= kejawen). Kasanusi sangat peduli dengan pelestarian peninggalan budaya warisan para leluhur nenek moyang masyarakat Jawa. Sebagai contoh hal ini dibuktikan dengan merawat secara baik; melestarikan beberapa pusaka tosan aji berupa keris, pedang dan tombak.
Penulis meyakini bahwa apa yang dilakukannya bukan sekedar usaha beliau atas kecintaannya pada budaya Jawa namun merupakan usaha dan keyakinan yang teguh untuk mencapai pengejawantahan hidup yang melampau batas-batas dunia materi- inderawi semata-mata. Tidak mudah untuk bisa memahami hal ini, namun setidaknya dengan merujuk kepada banyak kesaksian dari orang-orang semasa hidupnya dalam kesempatan ini penulis ingin menarik suatu kesimpulan bagi kita semua bahwa sikap hidup Beliau dalam tindakan wujud nyata sehari-hari sebenarnya memang sangatlah menunjukan kepada kita tentang suatu teladan hidup yang sangat luhur berupa pencerahan hidup sebagai seorang yang sangat etis, naturalis, spiritualis (rohaniah), ekologis sekaligus kosmologis (jiwa mencintai untuk memelihara jagat semesta; langit dan bumi- bukan saja semesta bumi (ekologis) tetapi juga jagat raya ini dengan tujuan demi kelangsungan hidup keturunan/ generasi berikutnya). Semua itu sungguh-sungguh lebur menjadi menjadi satu mencapai “Kesempurnaannya” sebagai orang Jawa.

G. Sang Pahlawan Wafat meninggalkan kita
Ada tertulis “siapakah yang bisa mengetahui datangnya ajal manusia. Ia datang laksana pencuri yang tak diketahui tuannya”.Ada tertulis juga “dari tanah kembali kepada tanah”, Tuhan yang memberi, Tuhan juga yang mengambilnya. Karena usia yang cukup renta dan kondisi kesehatannnya dari hari ke hari yang semakin menurun hingga jatuh sakit akhirnya beliau meninggalkan dunia; Wafat mencapai kesempurnaannnya sebagai manusia. Tahun 1976 adalah tahun wafat beliau. Beliau dikebumikan di pemakaman umum Desa Sidoharum, tepat di sebelah kanan makam istrinya; Eyang Kaniem yang sudah meninggal mendahuluinya pada tahun 1955.
Dialah Pahlawan keluarga kita, yang dengan penuh tanggungjawab dan moral yang tinggi telah membesarkan dan mendidik anak-anak yang sangat dicintainya. Beliaulah Pahlawan bangsa kita yang tidak pamrih atas pengabdiannya yang tulus bagi Republik ini demi kecintaannya kepada kehidupan kita semua anak cucu keturunannya. Teladanilah sikap hidupnya !!!